October 22, 2008

RUU Anti Pornografi

Hmm. Jadi begini.
Barusan, gue abis nonton Debat di TVOne tentang RUU Anti Pornografi.
Menurut gue--menurut gue secara individu lho yaa--RUU Anti Pornografi itu mendingan gausah dibuat deh.
Gue sangat setuju dengan apa yang dibilang sama Nia Dinata.
Kenapa pemerintah nggak mikirin tentang kemiskinan di Indonesia, gimana banyaknya orang meninggal karena kelaparan, dsb.
Kenapa malah hal yang menurut gue cenderung kurang penting yang dibahas? Contoh: pornografi.
Oke, mungkin pornografi memang sebaiknya diarahkan agar moral anak bangsa nggak rusak. Tapi gini deh, yang membatasi apa yang boleh ditonton dan yang nggak itu adalah tugas orang tua. Orang tua ada karena mereka harus melindungi anak mereka dari hal-hal yang negatif. Kenapa negara ikut campur? Serahkan dulu ke lingkup sosial terkecil yaitu keluarga. Kalo emang udah merajalela, barulah emang harus ditindak-lanjuti.

Gue juga berpikir. Kenapa juga itu undang-undang berbelit-belit banget?

Oh ya, gue juga suka sama salah-satu argumen dari cewek yang gak setuju sama RUU Pornografi. Katanya, "Kalo misalnya ada film yang aktrisnya cantik dan seksi gitu, trus ada yang terangsang dan ada yang nggak, itu gimana?"

Gue setuju. Sebenernya, respon seseorang atas sesuatu kan menurut individu-nya sendiri. Lo mikir kotor apa nggak.

Oh ya, dan kata pembicara pertama, RUU Pornografi ini adalah wujud dari demokrasi.

Kalo menurut gue, demokrasi justru membebaskan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia kehendaki; dengan mengetahui konsekuensi dan resiko yang harus ditanggung dari perbuatannya itu.

Gue juga setuju sama katanya Nia Dinata, "Kalau emang mau ngelindungin anak dan perempuan, kenapa nggak bikin undang-undang tentang exploitasi pada anak dan wanita? Kenapa justru membuat undang-undang yang kayak gini?"

Totally agree!

Yaah, ini sih sebenernya cuma bentuk dari perhatian gue terhadap bangsa gue yang paling gaholz ini, Indonesia. Gue sedih aja liat harga mata uang kita makin menurun, banyak orang disana dan disini meninggal yang karna kelaparan.......
Tapi gue juga benci banget sama orang yang gabisa mensyukuri rejeki yang udah Tuhan kasi sama mereka, which is mean adalah para koruptor brengsek itu. Kenapa sih mereka gabisa bersyukur, Tuhan udah kasi mereka hidup enak dan layak di rumah yang bagus dan anak-anak mereka sekolah di tempat yang layak dan mereka bisa makan enak setiap hari.

Gue pernah nonton Silet Jeritan yang membahas tentang rumah-rumah yang di gusur. Gue dalam hal ini nggak akan menyalahkan pihak manapun karena kedua pihak menurut gue benar:

1. Pihak pemerintah. Kenapa? Karena mereka ingin melihat Jakarta menjadi kota yang bersih dan gak ada kawasan kumuh yang mengurangi kerapihan kota Jakarta.

2. Pihak urban yang karena gabisa membiayai rumah yang layak sehingga tinggal di pemukiman kumuh. Kita gabisa nyalahin mereka juga, lah namanya juga nyari duit biar bisa bertahan hidup? Di kampung udah gabisa membiayai kebutuhan sehari-hari, makanya mereka semua hijrah ke kota. Memang seharusnya mereka yang kita bantu, tapi kadang-kadang, mereka-nya juga males dan banyak yang gapunya kemampuan apapun. What should we do, anyway?

Gue liat, ada bapak dan keluarganya yang tinggal di kolong jembatan sama keluarganya. Waktu ditanya kerjaan sehari-harinya apa, dia bilang dia kerja narik ojek.

Menyedihkan, kan?
Koruptor-koruptor itu, mereka gak tinggal di kolong jembatan dan MASIH aja belum merasa cukup jadinya berpikiran kotor kayak gitu.

Gue masih gak habis pikir sama jalan pikiran koruptor brengsek itu. Tolong lah, jangan liat ke atas terus! Coba, dengerin jeritan orang-orang yang masih ada di bawah lo.

No comments: